Review Film: SIN (2019)
- Afina D. Raharjo
- Oct 11, 2019
- 2 min read
Sinematografi yang apik!

Film SIN bercerita tentang kisah cinta yang tidak biasa antara Ametta Rinjani (Mawar Eva de Jongh) dengan Raga Angkasa (Bryan Domani). Kisah cinta mereka dimulai saat Metta memaksakan kehendaknya menjadi pacar Raga karena ia mengetahui kalau Raga adalah seorang petinju. Raga yang tidak mau identitasnya terbongkar ke pihak sekolah, akhirnya mengikuti keinginan dari Metta tersebut —menjadi pacarnya.
Waktu terus berlalu, Raga luluh pada Metta. Ia pun mulai menyukai perempuan itu. Namun, semakin mereka dekat, semakin banyak rahasia yang terbongkar. Salah satu yang paling menyedihkan adalah Raga mengetahui kalau Metta saudaranya.

Ditengah badai kebimbangan —antara melanjutkan hubungan atau tidak, Raga memilih memutuskan hubunganya dengan Metta. Awalnya Metta tidak terima; merasa kalau Raga mempermainkannya. Tapi, semua itu cukup terobati saat ia dijanjikan bertemu dengan keluarga yang selama ini mengasuhnya.
Sayangnya, pertemuan dengan keluarga asuhnya ini membuat hal jadi terlihat jelas dan masuk akal. Metta harus menerima fakta jika Raga adalah saudaranya. Pun demikian Raga. Kecanggungan tidak bisa dielakkan lagi. Baik Raga dan Metta menjadi sangat dilema. Raga dengan ego laki-lakinya bahkan sempat memberontak jika ia menginginkan Metta lebih dari saudara, namun Metta menolak karena merasa kalau hal tersebut salah. Alhasil Metta marah dan membuat keduanya menjadi berselisih.

Tak lama dari perselisihan tersebut, secara tiba-tiba Metta kabur dari rumah —pada hari dimana ia akan diperkenalkan sebagai anggota keluarga yang baru. Ia kabur dengan maksud menyelamatkan temannya yang disekap. Tapi ia salah, ia ternyata kena jebakan yang membuatnya berakhir kecelakaan.
Semenjak peristiwa kecelakaan yang menyebabkan Metta koma, Raga menjadi sangat marah pada dirinya sendiri. Ia bingung kenapa bisa jatuh cinta dengan wanita yang sama sekali bukan tipenya —hobi clubbing, bermasalah di sekolah, dan pemalas—, namun bisa menjungkir-balikkan dunianya. Raga sangat menyayangi Metta, pun demikian Metta pada Raga. Sayangnya, kisah cinta mereka tidak semulus itu.
Film SIN cukup menyegarkan bagi yang suka film bergenre romance. Film ini agak berbeda dari film-film romance yang biasanya. Bagi saya, penyajiannya cukup menarik. Saya cukup terkesima dengan sinematografi yang apik. Sinematografi SIN jelas mengingatkan saya pada sinematografi NERVE yang dibintangi Emma Roberts. Utamanya saat adegan kejar-kejaran mobil dan motor sebelum terjadinya kecelakaan. Gokil! Ternyata Indonesia bisa juga bikin sinematografi seperti ini!

Nah, kalau bicarakan tentang pemain SIN, entah kenapa saya sangat suka sama aktingnya Bryan Domani. Mungkin awal-awal merasa skeptis saat Bryan ditunjuk memerankan tokoh Raga yang pendiam, namun gahar. Akan tetapi, apalah arti imaji ketika realiti lebih menarik? Sementara itu, Mawar Eva bisa dikatakan berhasil memerankan sosok Metta yang cantik, centil tapi masih punya sisi rapuh dan manja. Well, boleh kan memberikan pujian kalau Mawar Eva cantik banget di film ini? Terasa cocok jika dipasangkan dengan Bryan. Chemistry-nya dapet!
So far, puas banget sama film SIN. Cukup sesuai dengan apa yang ada di novelnya —SIN karya Faradita dengan views di wattpad lebih dari 23juta—. Sebagai pembaca dan penonton, saya tidak merasa kecewa sama sekali.
Jujur, saya bingung mau bikin ulasan apa terkait film ini karena filmnya memang bagus. Apalagi ada plot twist-nya benar-benar bikin saya ternganga —literally nganga mau nangis. Yang awalnya biasa saja dengan Bryan Domani, setelah lihat aktingnya di film SIN jadi suka. Semoga Bryan dan Mawar Eva bisa kerja sama di proyek film yang lain ya~
Saya beri rating 8/10 untuk film SIN karena jatuh cinta dengan sinematografinya. Banyak pesan moralnya juga. Tontonan segar di World Mental Health Day nih!
Comments