Imbas Videotron Diturunkan, K-popers Berhasil Kumpulkan 200 juta pada Penggalangan Dana Tahap 1 untuk Dukung Anies Baswedan
- Afina D. Raharjo
- Jan 18, 2024
- 3 min read

“Makin disenggol, makin ugal-ugalan dukungannya!”
Kata-kata tersebut mulai bermunculan di kalangan pecinta Korean Pop (K-Pop) ketika ada orang yang menyenggol project untuk idola mereka.
Jujur, dibuat kaget dengan berita yang muncul di For You X (Twitter) bagaimana iklan videotron yang menampilkan profil Anies Baswedan di-takedown tanpa alasan yang jelas. Yang bikin miris, iklan tersebut adalah hasil patungan komunitas pecinta K-Pop yang diakomodir oleh @olpproject dan @aniesbubble. Namun, beberapa orang menganggap itu permainan politik belaka, padahal akun tersebut tidak terafiliasi dengan timnas AMIN sama sekali.
Kok tau? Saya mengikuti updates akun tersebut karena kebetulan saya suka K-Pop dan sedikit banyak paham tentang K-pop. Saya bisa yakin, kalau akun ini organik karena orang yang tidak mengikuti K-Pop tidak akan paham dengan inside jokes mereka.
Lalu, yang jadi pertanyaannya, kenapa sosok Anies Baswedan dapat menarik perhatian dan sosoknya di-kpopisasi? Menurut saya, karena personaliti Anies Baswedan itu sendiri. Di kalangan K-Popers (sebutan untuk para pecinta K-Pop), Anies dikenal sebagai sosok yang tidak mudah terbawa perasaan (baper). Orangnya asik, bisa diajak bercanda dan dicurhati layaknya seorang Abah (bapak) tiap kali live di Tiktok. Mungkin, sosok seperti ini yang disukai gen Z dan Y (milenial).
Yang harus diketahui khalayak, K-popers sangat suka berkreasi. Mereka menyukai kebebasan dan kurang suka diatur-atur apalagi idol favorit mereka dijadikan alat politik. Di Korea sendiri, artis atau idol K-Pop tidak terlibat dalam aktivitas politik sehingga mereka bisa sangat marah jika ada yang coba melakukan ini.
Kpopisasi jelas berbeda dengan menggunakan idol K-pop sebagai alat politik. Kpopisasi itu proses peng-kpopan tokoh lokal. Nama Anies Baswedan sendiri diplesetkan jadi Park Ahn Nice dengan panggilan Ahjussi, uri owl. Jadi, Anies Baswedan dibuat seolah-olah idol dan diperlakukan bak idola. Ketika sudah di tahap ini, maka siap-siap dimanja dengan kegiatan unik dan menarik.

K-popers dikenal loyal dan royal kepada idolanya, tidak terbatas di Indonesia, tetapi seluruh dunia. Bagaimana tidak, komunitas ini tidak segan-segan mengeluarkan uang demi memanjakan idola mereka, seperti mengirim food/coffee truck dan memasang iklan di videotron. Berapapun harganya, akan diusahakan oleh mereka. Sistemnya? Donasi sukarela atau pengalangan dana.

Menurut saya, untuk project iklan wilayah Jabodetabek sangatlah mudah dan murah bagi mereka, mengingat mereka bisa memasang iklan di Times Square New York dan Burj Khalifa Dubai.
Percayalah, Kpopers tak hanya berisi anak sekolah, tetapi banyak kaum pekerja, pengusaha, influencer yang senang dengan budaya Korea dan mencari kesenangan ditengah penatnya kehidupan. Ingat selalu filosofi orang yang sedang mencari kesenangan, “Berapapun harganya, bakal gue bayar!”
Harusnya, para penguasa, politisi, dan masyarakat tidak menganggap komunitas ini sebelah mata, apalagi pertumbuhan mereka makin hari makin masif dan jadi salah satu komunitas paling besar dan berpengaruh di Indonesia. Bisa dibayangkan dalam beberapa hari mereka bisa mengumpulkan 200 juta untuk penggalangan dana tahap pertama demi mendukung Anies Baswedan. Fantastik, bukan?

Balik ke topik, siapakah yang memiliki kuasa untuk menurunkan iklan yang direncanakan tayang selama seminggu itu? Sebuah iklan berdurasi 15 detik berbahasa Inggris yang berisi informasi sederhana seorang Anies Baswedan dimana tidak ada unsur partai politik dan ajakan memilih 01 (AMIN). Entahlah. Sejauh pengetahuan saya sebagai ex-orang media dan marcomm, iklan tidak boleh di-takedown sembarangan kalau tidak diminta karena sudah dibayar dan ada perjanjian kerjasama. Bahkan, iklan videotron seperti itu ada pajaknya dan jadi pendapatan daerah/negara.

Alangkah lucunya negeri ini, ya. Saat anak muda berusaha memeriahkan pemilu dengan cara mereka, tetapi dijegal oleh pihak-pihak yang berkuasa dan berkepentingan. Aksi mereka jelas-jelas tak membahayakan karena murni kesenangan atau seru-seruan. Bahkan, iklan videotron ini ramah lingkungan dan tidak membahayakan pengguna jalan. Tak seperti baliho parpol dan caleg yang dipasang sembarangan dan hanya jadi tumpukan sampah pasca pemilihan.
Menurut saya, jika kebebasan berekspresi dibatasi, maka tak ubahnya kita diajak kembali ke zaman batu! Atau orde baru?! Bolehkah saya mengatakan kalau ini tidak mencerminkan sila ke-5 Pancasila dan bentuk pelanggaran terhadap UU Pasal 28E ayat 3?
Jujur, saya menerima siapapun yang akan menjadi presiden karena manusia tugasnya berusaha, Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Lagipula, siapapun presidennya, risiko program tidak jalan itu pasti ada. Tidak ada manusia yang sempurna, right?
Barangkali fokus kita saat ini adalah karakter seorang pemimpin karena karakter dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan kebijakan di masa depan. Apakah kita, generasi muda, rela dipimpin oleh seseorang yang ujub—merasa diri lebih baik, lebih hebat, dan berjasa bagi kehidupan orang, bangsa dan negara? Apakah kita mau dipimpin oleh seseorang yang anti-kritik, mudah terbawa perasaan (baper), suka merendahkan, dikit-dikit lapor?
Silakan direnungkan. Apakah kita rela ruang gerak kita dibatasi, padahal kita juga berkontribusi pada perputaran ekonomi?
Apakah kita mau terus-terusan berenang di lautan fakta ini? Sampai kapan? Sampai kita merasa mark-up anggaran seribu rupiah itu lumrah? Sampai kita merasa jika tabrak sana-sini untuk mendapatkan kursi bukan sebuah masalah?
Lagi dan lagi, inilah politik. Katanya, kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan. Entahlah.
Setuju, pendapat yang tepat...anak muda harus punya idealisme yg kokoh berdasarkan pandangan objektif terhadap kebenaran...dengan fenomena generasi muda k-poper, gen Z & Y yang ternyata punya idealisme & mampu membaca kedaan Negeri secara obyektif & bernalar ...saya optimistis Indonesia punya masadepan yang lebih baik